FAQ: Bagaimana Persiapan Mental Sebelum Menikah Menurut Psikolog?

Bersama Amelia Fitri, M.Psi, Psikolog, CHRM, CHt.


Metrohealth RS MMC - Melaksanakan prosesi pernikahan pasti menjadi keinginan pasangan yang sudah merasa yakin satu sama lain. Banyak yang sudah membayangkan betapa bahagianya mengadakan acara pernikahan dan hidup bersama dengan orang yang dicintai.

Tapi jangan lupa, MetroFriends, bahwa ketika melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama pasangan, bukan berarti akan selalu menikmati manisnya kehidupan. Tidak sedikit pasangan memutuskan mengakhiri hubungan pernikahan karena mereka melewati masa-masa sulit menuju pernikahan.

Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh pasangan-pasangan yang akan menikah dan jawaban menurut Amelia Fitri, M.PSi, Psikolog, CHRM, CHt.

1. Bagaimana seseorang dikatakan siap menikah dari sisi psikologis?
  • Memenuhi usia ideal minimal untuk menikah (detail baca selanjutnya ya)
  • Sudah berdamai dengan masa lalu
  • Mampu mengelola dan mengontrol emosi
  • Mampu untuk menentukan prioritas
  • Menyadari peran dan tanggungjawab yang akan dijalani ketika berumah tangga
  • Menyadari waktu yang dimiliki ketika nanti berumah tangga tidak sebebas Ketika belum berumah tangga.
  • Berfikiran terbuka terhadap hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan diri kita.


2. Apa yang harus diperhatikan untuk membantu mempersiapkan mental sebelum menikah?
  • Menikah atas keinginan dan kesiapan diri sendiri.
  • Tidak mengharapkan pasangan merupakan sosok yang sempurna.
  • Menerima bahwa diri sendiri juga bukan merupakan sosok yang sempurna.
  • Belajar mengatur emosi diri sendiri.
  • Kembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dan untuk mengatasi konflik.
  • Mengenal bahasa kasih diri sendiri dan pasangan.
  • Memiliki komitmen untuk mempertahankan rumah tangga.
  • Mengikuti kursus Pranikah.


3. Bagaimana menerima kekurangan & kelebihan pasangan?
  • Pahami alasan dari kekurangan pasangan tanpa memberikan penilaian negatif.
  • Buka komunikasi dengan baik untuk menyampaikan keberatan terhadap perilaku pasangan.
  • Cari win-win solution jika memungkinkan.
  • Terima dengan ikhlas kekurangan pasangan dan ingat bahwa diri kita sendiri juga memiliki kekurangan yang harus ditoleransi oleh pasangan.
  • Ingat juga kelebihan yang dimiliki oleh pasangan
  • Jangan membandingkan pasangan dengan orang lain
“Namun perlu diingat apabila kekurangan pasangan menimbulkan kerugian baik secara fisik, emosional maupun finansial terhadap keluarga inti maupun keluarga besar, maka harus menjadi perbincangan serius baik dalam keluarga inti maupun keluarga besar.” 


4. Apakah cinta saja sudah cukup untuk memutuskan menikah?

Cinta hanya salah satu hal yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan untuk menikah.

Namun ada hal-hal yang lebih utama untuk dipertimbangkan, salah satunya adalah harus saling mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh pasangan, karena perbedaan inilah yang mengganggu ketenangan dan suasana aman dalam berkeluarga.


5. Usia berapa yang dikatakan siap secara emosional untuk melangsungkan pernikahan?

Usia ideal untuk menikah minimal 25 tahun bagi laki-laki dan minimal 21 tahun bagi perempuan. Berdasarkan riset, seseorang secara fisik, psikologis, hingga finansial, mereka lebih siap masuk ke jenjang pernikahan, dibandingkan jika ia menikah di usia sebelum itu.


6. Apakah pacaran lama mempengaruhi kualitas pernikahan?

Lamanya berpacaran tidak mempengaruhi kualitas maupun kebahagiaan dalam berumah tangga. Sehingga perlu diingat ketika membuat keputusan untuk menikah bukan berdasarkan seberapa lama berpacaran namun kualitas dalam berpacaran tersebut.

Apakah :

  1. Merasa nyaman mendiskusikan topik apa saja dengan pasangan?
  2. Mengetahui dan menerima latar belakang keluarga pasangan?
  3. Mampu untuk menyamakan persepsi tentang konsep rumah tangga yang diinginkan?
  4. Sepakat akan pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga?
  5. Mampu mentoleransi perbedaan pasangan?


7. Jika iya, berapa lama waktu ideal untuk menjalin hubungan sebelum menikah?

Tidak ada waktu yang ideal untuk menjalin hubungan sebelum menikah namun lebih pada kualitas dari hubungan yang dijalani sebelum menikah. Apakah dalam hubungan tersebut menimbulkan perasaan nyaman dan terlindungi, dapat menjadi diri sendiri, mampu berkomunikasi dua arah untuk mencapai kesepakatan dan menyelesaikan konflik serta adanya kesamaan konsep terkait berumah tangga.


8. Saran apa yang diberikan pasangan yang ingin memutuskan menikah?

Keputusan untuk menikah merupakan tanggungjawab kita sendiri yang dilakukan dengan pertimbangan yang matang baik dari aspek fisik, emosional dan finansial. Menikah bukanlah akhir dari kisah dongeng putri raja, namun merupakan awal dari petualangan hidup yang mendebarkan yang dilalui bersama pasangan.


Itulah penjelasan tentang beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan terkait persiapan mental saat menikah. Jika MetroFriends ingin berkonsultasi lebih lanjut atau ingin mendapatkan informasi rawat inap dan rawat jalan, dapat langsung menghubungi layanan Metrovia 0878-000-22887 atau dapat berkonsultasi langsung ke Psikolog yang dapat ditemui di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. Cek jadwal dokter disini.


MetroHealth adalah portal edukasi kesehatan dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre untuk masyarakat Indonesia. Memberikan edukasi, inspirasi, dan informasi terkini seputar kesehatan dan gaya hidup.