PALSI SEREBRAL (CEREBRAL PALSY): APA YANG PERLU DIKETAHUI? - dr. Catharine Mayung Sambo, Sp.A (K) (Spesialis Anak Konsultasn Tumbuh Kembang)

Metrohealth – MetroFriends, Palsi Serebral (Cerebral Palsy; CP)  merupakan sekelompok kondisi yang dapat mempengaruhi gerakan dan koordinasi postur tubuh. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan motorik seseorang, sehingga anak dengan palsi serebral dapat mengalami kesulitan untuk berjalan, merangkak, berbicara, menelan, melakukan gerakan halus terkoordinasi dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya. Selain itu, palsi serebral juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot mata, yaitu mata tidak fokus melihat pada objek yang sama. Palsi serebral dapat diartikan sebagai kondisi kelainan motorik yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terjadi pada otak di masa prenatal, perinatal atau postnatal. 

Meskipun palsi serebral umumnya didiagnosis pada masa anak-anak, namun banyak remaja dan dewasa dengan kondisi ini yang terus hidup dengan tantangan sepanjang hidup mereka. Orang yang mengidap palsi serebral ini tidak dapat sembuh sepenuhnya, dengan intervensi yang tepat, orang dengan palsi serebral dapat mengembangkan kemampuan mereka dan menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.

Penyebab Palsi Serebral

Palsi serebral disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak teratur akibat kerusakan bagian otak yang sedang berkembang. Ini biasanya terjadi sebelum anak lahir, tetapi dapat terjadi saat lahir atau pada awal masa bayi. Seringkali penyebabnya tidak diketahui. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan dalam perkembangan otak. Kerusakan otak dan akibat lainnya membuat mereka sulit mencapai tahapan perkembangan gerak sesuai usia. Beberapa di antaranya meliputi:

  1. Perubahan gen yang mengakibatkan kondisi genetik atau perbedaan dalam perkembangan otak
  2. Infeksi ibu yang mempengaruhi bayi yang belum lahir
  3. Stroke, yang mengganggu suplai darah ke otak yang sedang berkembang
  4. Pendarahan ke dalam otak di dalam rahim atau saat bayi baru lahir
  5. Infeksi bayi yang menyebabkan pembengkakan di dalam atau di sekitar otak
  6. Cedera kepala berat pada bayi, seperti akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau trauma fisik
  7. Kekurangan oksigen ke otak yang berhubungan dengan persalinan yang berat, meskipun penyebab ini lebih jarang terjadi daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Gejala seperti apa yang timbul? 

Gejala palsi serebral sangat bervariasi. Pada sebagian orang, palsi serebral dapat mempengaruhi seluruh tubuh, namun pada orang lain ditemukan gejala mungkin hanya mempengaruhi satu atau dua anggota tubuh, dapat juga hanya mempengaruhi satu sisi tubuh saja. Gejala umum meliputi:

a. Masalah pergerakan dan koordinasi, seperti:

  1. Otot kaku dan refleks berlebihan, yang dikenal sebagai spastisitas. Ini adalah kondisi pergerakan paling umum yang terkait dengan palsi serebral
  2. Variasi tonus otot, seperti terlalu kaku atau terlalu lemas
  3. Otot kaku dengan refleks teratur, yang dikenal sebagai rigiditas
  4. Kurangnya keseimbangan dan koordinasi otot, yang dikenal sebagai ataksia
  5. Gerakan tersentak-sentak yang tidak dapat dikendalikan
  6. Gerakan lambat dan menggeliat
  7. Lebih menyukai satu sisi tubuh, seperti hanya meraih dengan satu tangan atau menyeret kaki saat merangkak
  8. Kesulitan berjalan. Orang dengan palsi serebral dapat berjalan dengan jinjit atau berjongkok saat berjalan. Mereka juga mungkin berjalan seperti gunting dengan lutut bersilang. Atau mereka mungkin berjalan dengan lebar atau tidak stabil
  9. Kesulitan dengan keterampilan motorik halus, seperti mengancingkan baju atau mengambil peralatan makan.

b. Bicara dan makan. Berupa keterlambatan perkembangan bicara, kesulitan berbicara, kesulitan mengisap, mengunyah, atau makan dan mengiler atau kesulitan menelan.

c. Perkembangan. Berupa keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik, seperti duduk atau merangkak, kesulitan belajar, kesulitan intelektual, pertumbuhan tertunda, sehingga ukuran tubuh lebih kecil dari yang diharapkan.

d. Masalah lainnya. Kerusakan pada otak dapat menyebabkan gejala neurologis lainnya, seperti:

  1. Kejang, yang merupakan gejala epilepsi. Anak-anak dengan palsi serebral dapat didiagnosis menderita epilepsi
  2. Gangguan pendengaran
  3. Gangguan penglihatan dan perubahan gerakan mata
  4. Nyeri atau kesulitan merasakan sensasi seperti sentuhan
  5. Masalah kandung kemih dan usus, termasuk sembelit dan inkontinensia urin
  6. Kondisi kesehatan mental, seperti kondisi emosional dan masalah perilaku.

Faktor risiko apa saja yang mempengaruhi?

a. Kesehatan ibu. Infeksi atau paparan racun tertentu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko palsi serebral pada bayi secara signifikan. Radang yang dipicu oleh infeksi atau demam dapat merusak perkembangan otak bayi yang belum lahir. Kondisi lain yang memengaruhi ibu yang dapat sedikit meningkatkan risiko palsi serebral meliputi kondisi tiroid, preeklamsia, atau kejang.

b. Penyakit bayi. Penyakit pada bayi baru lahir yang dapat meningkatkan risiko palsi serebral meliputi:

  1. Meningitis bakterial. Infeksi bakteri ini menyebabkan pembengkakan pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang
  2. Ensefalitis virus. Infeksi virus ini juga menyebabkan pembengkakan pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang
  3. Ikterus yang parah atau tidak diobati. Ikterus muncul sebagai menguningnya kulit dan mata. Kondisi ini terjadi ketika produk sampingan tertentu dari penghancuran sel darah merah yaitu bilirubin menjadi sangat banyak dalam darah
  4. Perdarahan otak yang mungkin  terjadi di dalam rahim atau pada awal masa bayi.

c. Faktor kehamilan dan kelahiran:

  1. Berat badan lahir rendah. Bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kilogram memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami palsi serebral. Risiko ini meningkat dengan semakin rendahnya berat badan lahir
  2. Kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami palsi serebral. Semakin dini bayi lahir, semakin besar risiko palsi serebral
  3. Komplikasi persalinan. Kejadian selama persalinan dan melahirkan dapat meningkatkan risiko palsi serebral
  4. Infeksi dalam masa kehamilan yang secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan gangguan perkembangan otak bayi, misalnya rubella, sitomegalovirus (CMV) atau cacar air.

Diagnosa yang dapat ditegakkan

Palsi serebral adalah diagnosis klinis yang ditegakkan oleh dokter. Dalam menegakkan diagnosis, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti:

a. Pemeriksaan pencitraan kepala

  1. MRI. Menggunakan gelombang radio dan medan magnet untuk menghasilkan gambar 3D atau penampang otak yang terperinci. Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat memakan waktu hingga satu jam untuk menyelesaikannya.
  2. USG kepala. Ini dapat dilakukan selama masa bayi. USG kepala menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar otak. USG tidak menghasilkan gambar yang terperinci, tetapi dapat digunakan karena cepat dan dapat memberikan penilaian awal yang berharga terhadap otak.
  3. CT scan (Computed Tomography). Meskipun CT scan tidak digunakan secara langsung untuk diagnosis palsi serebral, namun metode ini dapat membantu dalam proses diagnostik untuk mengidentifikasi kondisi otak yang mungkin terkait dengan palsi serebral, terutama jika dokter mencurigai adanya kelainan struktural atau kerusakan otak yang menjadi penyebab palsi serebral.

b. Elektroensefalogram (EEG). Dalam tes EEG, serangkaian elektroda dipasang di kulit kepala anak Anda. EEG merekam aktivitas listrik otak. Perubahan pola gelombang otak umum terjadi pada epilepsi.

c. Tes laboratorium. Tes darah, urin, atau kulit dapat digunakan untuk menyaring kondisi genetik atau metabolik.

d. Tes tambahan. Tes ini dapat memeriksa: penglihatan, pendengaran, ucapan, kecerdasan, perkembangan, pergerakan dan kondisi medis lainnya.

Pencegahan yang dapat dilakukan

Sering kali palsi serebral tidak dapat dicegah, tetapi dapat mengurangi risikonya. Jika MetroFriends hamil atau berencana untuk hamil, lakukan langkah-langkah berikut untuk meminimalkan komplikasi kehamilan:

  1. Pastikan vaksinasi sudah lengkap sebelum hamil. Mendapatkan vaksinasi terhadap penyakit seperti rubella dapat mencegah infeksi. Sebaiknya memastikan telah divaksinasi lengkap sebelum hamil
  2. Jaga diri sendiri. Semakin sehat menjelang kehamilan, semakin kecil kemungkinan mengalami infeksi yang mengakibatkan kelumpuhan otak
  3. Cari perawatan prenatal sejak dini dan berkelanjutan. Temui dokter secara teratur selama kehamilan. Perawatan prenatal yang tepat dapat mengurangi risiko kesehatan bagi ibu dan bayi yang belum lahir. Menemui dokter secara teratur dapat membantu mencegah kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan infeksi
  4. Hindari alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang. Hal-hal tersebut telah dikaitkan dengan risiko kelumpuhan otak. 

Itulah penjelasan mengenai penyakit Palsi Serebral. Jika MetroFriends ingin berkonsultasi lebih lanjut atau ingin mendapatkan informasi rawat inap dan rawat jalan, dapat langsung menghubungi layanan Metrovia 0878-000-22887 atau dapat berkonsultasi langsung ke Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta Dokter Spesialis Saraf yang dapat ditemui di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. Cek jadwal dokter disini.

MetroHealth adalah portal edukasi kesehatan dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre untuk masyarakat Indonesia. Memberikan edukasi, inspirasi, dan informasi terkini seputar kesehatan dan gaya hidup.

Referensi:

MayoClinic 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cerebral-palsy/symptoms-causes/syc-20353999 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cerebral-palsy/diagnosis-treatment/drc-20354005

Kementerian Kesehatan

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2282/pengasuhan-pada-anak-cerebral-palsy-remaja 

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20201123/3635771/hari-cerebral-palsy-dunia-tingkatkan-kepedulian-stakeholder/

National Library of Medicine 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2602010/