Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Apa yang Perlu Diwaspadai? (Dr. dr. Heidy Agustin, SpP-K)

Metrohealth – Tahukah MetroFriends, Penyakit Paru Obstruktif Kronis atau yang sering dikenal dengan sebutan PPOK, adalah kondisi penyakit dimana paru-paru yang terus berlanjut akibat adanya kerusakan pada paru-paru. Kerusakan tersebut yang menyebabkan pembengkakan dan iritasi (peradangan), di dalam saluran udara yang kemudian peradangan tersebut membatasi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru. Keterbatasan aliran udara inilah yang dinamakan dengan obstruksi, menyebabkan kesulitan dalam bernapas. PPOK ini merupakan kondisi yang progresif, yang artinya gejalanya dapat memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Namun sayangnya, penyakit ini seringkali tidak disadari pada tahap awal dikarenakan gejalanya mirip dengan kondisi pernapasan lain.

Penyebab PPOK 

PPOK terjadi ketika paru-paru mengalami peradangan, kerusakan, dan penyempitan. Penyebab utamanya adalah merokok, meskipun kondisi ini terkadang dapat menyerang orang yang tidak pernah merokok. PPOK paling sering disebabkan oleh paparan asap, uap, debu dan bahan kimia yang mengiritasi paru-paru dalam jangka panjuang. Penyebab yang paling utama yaitu asap rokok, baik itu pada perokok aktif maupun perokok pasif. Paparan polusi udara, baik dari lingkungan maupun pekerjaan (seperti paparan bahan kimia atau debu), juga dapat menjadi salah satu faktor risiko. Kemudian, jika ada riwayat infeksi pernapasan pada masa kecil atau riwayat genetik juga dapat meingkatkan risiko terkena PPOK di usia dewasa. 

Jenis PPOK

Dua jenis PPOK yang paling umum yaitu emfisema dan bronkitis kronis. Kedua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan dan tingkat keparahannya dapat bervariasi pada orang-orang dengan PPOK. Berikut penjelasan mengenai bronkitis kronis dan emfisema:

  1. Bronkitis kronis merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada lapisan saluran yang membawa udara ke dalam paru-paru (bronkus). Peradangan menghambat aliran udara baik ke dalam maupun keluar paru-paru, sehingga menghasilkan lendir tambahan
  2. Emfisema merupakan kerusakan pada kantung udara kecil paru-paru yang dinamakan alveoli. Alveoli yang rusak inilah mengakibatkan oksigen tidak dapat tersalurkan dengan cukup ke dalam aliran darah.


Gejala PPOK yang Harus Diwaspadai

Gejala PPOK sering kali tidak muncul hingga terjadi kerusakan paru-paru yang parah. Gejala biasanya memburuk seiring waktu, terutama jika merokok atau paparan iritan lainnya terus berlanjut. Adapun gejala PPOK dapat meliputi:

  1. Kesulitan bernapas terutama saat beraktivitas
  2. Batuk kronis setiap hari disertai dengan banyak dahak, dapat berwarna bening, putih, kuning, atau kehijauan
  3. Suara bersiul yang kencang di paru-paru yang disebut mengi (terus-menerus)
  4. Dada terasa sesak atau berat (infeksi dada)
  5. Kelelahan atau penurunan stamina akibat kurangnya oksigen yang mencapai tubuh
  6. Sering mengalami infeksi paru-paru
  7. Penurunan berat badan tanpa sengaja. Hal ini dapat terjadi saat kondisi memburuk
  8. Pembengkakan pada pergelangan kaki, telapak kaki, atau tungkai.

Tanpa pengobatan, gejalanya biasanya makin memburuk. Mungkin juga ada periode ketika gejalanya memburuk secara tiba-tiba, yang dikenal sebagai kambuhnya penyakit atau eksaserbasi. Adapun masa eksaserbasi dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu. Kondisi ini dapat disebabkan oleh pemicu seperti bau, udara dingin, polusi udara, pilek, atau infeksi.

Faktor Risiko PPOK

Faktor risiko PPOK sebagai berikut:

  1. Asap rokok. Merokok dalah salah satu faktor risiko terbesar untuk meningkatkan peluang terkena PPOK. Perokok aktif dan perokok pasif yang menghirup asap rokok orang lain dalam jumlah besar juga dapat beresiko terkena PPOK
  2. Asma. Merupakan suatu kondisi dimana terdapat penyempitan dan pembengkakan saluran udara yang dapat menghasilkan banyak lendir. Asma dapat meningkatkan faktor risiko terkena PPOK
  3. Paparan polusi. Paparan asap kimia, asap, uap dan debu di tempat kerja dalam jangka panjang dapat mengiritasi. Orang yang terpapar asap dari pembakaran bahan bakar untuk memasak dan memanaskan rumah dengan aliran udara yang buruk berisiko lebih tinggi terkena PPOK
  4. Genetika. Defisiensi AAT (protein yang dibuat di hati untuk membantu melindungi paru-paru) yang disebabkan oleh perubahan gen yang diturunkan dalam keluarga merupakan penyebab PPOK pada sebagian orang. Faktor genetik lain dapat membuat orang tertentu yang merokok lebih berpeluang terkena PPOK.

Pentingnya Deteksi Dini PPOK

Untuk mendiagnosis kondisi MetroFriends, dokter akan meninjau gejala dan menanyakan tentang riwayat kesehatan dan keluarga serta paparan apa pun yang pernah dialami terhadap iritan paru-paru, terutama asap rokok. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi mendengarkan paru-paru. MetroFriends mungkin juga akan menjalani beberapa tes berikut:

A. Tes fungsi paru-paru

  1. Spirometri. Mendiagnosis PPOK dan memberi tahu seberapa banyak aliran udara yang terbatas dengan cara menghembuskan napas dengan cepat dan kuat melalui tabung yang terhubung ke mesin. Mesin tersebut mengukur seberapa banyak udara yang dapat ditampung paru-paru dan seberapa cepat udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru
  2. Tes volume paru-paru. Tes ini mengukur jumlah udara yang ditampung paru-paru pada waktu yang berbeda saat menghirup dan menghembuskan napas
  3. Tes difusi paru-paru. Tes ini menunjukkan seberapa baik tubuh memindahkan oksigen dan karbon dioksida antara paru-paru dan darah
  4. Oksimetri nadi. Merupakan tes sederhana yang menggunakan perangkat kecil, dipasang di salah satu jari untuk mengukur seberapa banyak oksigen dalam darah Anda. Persentase oksigen dalam darah disebut saturasi oksigen. MetroFriends juga dapat menjalani tes jalan kaki selama enam menit dengan pemeriksaan saturasi oksigen
  5. Tes stres latihan. Tes latihan di atas treadmill atau sepeda statis dapat digunakan untuk memantau fungsi jantung dan paru-paru selama beraktivitas.

B. Pencitraan

  1. Rontgen dada. Difungsikan untuk menunjukkan beberapa perubahan paru-paru akibat PPOK. Rontgen juga dapat menyingkirkan masalah paru-paru lain
  2. CT Scan. Memberikan detail perubahan paru-paru yang jauh lebih besar daripada rontgen dada. CT Scan paru-paru dapat menunjukkan emfisema dan bronkitis kronis, serta dapat digunakan untuk memeriksa kanker paru-paru.

C. Tes laboratorium

  1. Analisis gas darah arteri. Ditujukan untuk mengukur seberapa baik paru-paru membawa oksigen ke dalam darah dan membuang karbon dioksida
  2. Pengujian untuk defisiensi AAT. Tes darah dapat mengetahui apakah pasien memiliki kondisi genetik yang disebut defisiensi alfa-1-antitripsin
  3. Tes darah. Tes darah tidak digunakan untuk mendiagnosis PPOK, tetapi dapat digunakan untuk menemukan penyebab gejala atau menyingkirkan kondisi lain. 

Manajemen dan Pengobatan untuk Penderita PPOK 

Meskipun PPOK merupakan kondisi yang dapat memburuk seiring waktu, PPOK dapat diobati. Menggunakan penanganan yang tepat, sebagian besar penderita PPOK dapat mengendalikan gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Penanganan yang tepat juga dapat menurunkan risiko komplikasi lain yang terkait dengan PPOK, seperti penyakit jantung dan kanker paru-paru. Sebagian besar obat untuk PPOK diberikan menggunakan inhaler. Alat genggam kecil ini menyalurkan obat langsung ke paru-paru saat menghirup kabut halus atau bubuknya. Obat juga dapat diberikan menggunakan nebulizer. Mesin kecil ini memiliki masker atau corong dan selang yang terpasang pada cangkir bundar untuk obat cair. Nebulizer mengubah obat cair menjadi kabut sehingga dapat dihirup ke paru-paru. Nebulizer juga membantu mengencerkan lendir.

Komplikasi PPOK

PPOK dapat menyebabkan beberapa komplikasi, diantaranya sebagai berikut:

  1. Infeksi pernapasan. Orang dengan PPOK lebih mungkin terserang pilek, flu, dan pneumonia. Infeksi pernapasan apa pun dapat membuat pernapasan menjadi lebih sulit dan dapat menyebabkan kerusakan lebih parah pada jaringan paru-paru
  2. Masalah jantung. Karena alasan yang belum sepenuhnya dipahami, PPOK dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk serangan jantung
  3. Kanker paru-paru. Orang dengan PPOK memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru
  4. Tekanan darah tinggi di arteri paru-paru. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di arteri yang membawa darah ke paru-paru. Kondisi ini disebut hipertensi paru
  5. Kecemasan dan depresi. Kesulitan bernapas dapat menghalangi melakukan aktivitas yang disukai.

Pencegahan PPOK

Adapun beberapa pencegahan terhadap PPOK yang dapat dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

  1. Menghindari atau berhenti merokok merupakan langkah efektif untuk mencegah PPOK
  2. Meminimalkan paparan terhadap polusi udara dan menggunakan perlengkapan pelindung saat bekerja di lingkungan berpolusi
  3. Menjaga kebersihan pernapasan dan mengikuti vaksinasi, seperti vaksin influenza atau pneumonia, untuik mencegah infeksi yang dapat memperburuk PPOK. 

Itulah penjelasan mengenai penyakit Palsi Serebral. Jika MetroFriends ingin berkonsultasi lebih lanjut atau ingin mendapatkan informasi rawat inap dan rawat jalan, dapat langsung menghubungi layanan Metrovia 0878-000-22887 atau dapat berkonsultasi langsung ke Dokter Spesialis Paru yang dapat ditemui di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. Cek jadwal dokter disini.

MetroHealth adalah portal edukasi kesehatan dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre untuk masyarakat Indonesia. Memberikan edukasi, inspirasi, dan informasi terkini seputar kesehatan dan gaya hidup. 

Referensi:

MayoClinic

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/copd/symptoms-causes/syc-20353679 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/copd/diagnosis-treatment/drc-20353685

Kementerian Kesehatan

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2718/penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok

https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/lansia-penyakit-pernapasan-kronis/penyakit-paru-obstruktif-kronis

NHS 

https://www.nhs.uk/conditions/chronic-obstructive-pulmonary-disease-copd/