Siasati Serangan Asam Lambung (GERD)

Bersama Dr. Yuhana Fitra, Sp.PD


Metrohealth RS MMC - Halo MetroFriends! Kali ini MetroHealth RS MMC akan mengajak MetroFriends semua membahas mengenai GERD. Pasti MetroFriends sudah cukup sering mendengar istilah ini ya. Tapi apakah pemahaman kita tentang GERD ini sudah tepat? Yuk kita simak lebih lanjut pembahasannya. 


GERD sebenarnya merupakan singkatan dari gastroesophageal reflux disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh naiknya asam lambung (gastric acid) ke kerongkongan (esophagus).


Pada kondisi normal, oleh karena adanya gaya gravitasi dan gerakan perilstatik saluran cerna, maka makanan yang kita konsumsi akan berjalan dari kerongkongan (esophagus) ke lambung (gaster).


Di antara kerongkongan dan esofagus terdapat otot yang istilah medisnya Lower Sphincter Esophagus (LES) yang berperan sebagai pintu yang akan segera menutup setelah makanan dari kerongkongan memasuki lambung. Otot ini menutup dengan tujuan mencegah aliran balik asam lambung ke esofagus. 


Oleh karena LES tidak menutup dengan baik, maka kandungan asam yang ada di lambung dapat naik ke kerongkongan. Bisa kita bayangkan asam lambung yang kadar keasamannya mencapai pH 1.5-3.5, tentu saja dapat menyebabkan iritasi pada kerongkongan. Ternyata hanya lambung yang memiliki mekanisme pertahanan terhadap kadar keasaman dengan pH yang sangat rendah tadi.


Iritasi kerongkongan oleh pH dengan kadar yang sangat rendah ini, tentu saja dapat menimbulkan gejala yang menyakitkan dan menakutkan bagi mereka yang mengalaminya. Rasanya seperti nyeri dada yang sangat tajam, sensasi terbakar, sensasi tercekik, seperti kehilangan nafas, keringat dingin, disertai mual dan tidak jarang terdapat pula keluhan berdebar-debar. Beberapa orang bahkan dokter menyebutkan gejalanya menyerupai serangan jantung, tentu saja hal ini membuat panik bagi sebagian besar orang yang mengalaminya. 


“Ada apa dengan tubuh saya? Apakah ini serangan jantung? Rasanya seperti akan mati”, dan masih banyak hal lain yang dikhawatirkan oleh mereka yang mengalami GERD.


Asam lambung yang mengalami aliran balik tadi, dapat naik lebih tinggi hingga mencapai paru-paru bahkan pita suara. Sehingga tidak jarang kita menemukan pasien GERD dengan keluhan batuk-batuk, sesak napas, suara serak, mulut terasa asam dan pahit, tenggorokan kering bahkan bisa mencetuskan asma bagi mereka yang memiliki riwayat asma.


Nah jaman pandemi seperti ini, keluhan batuk dan sesak bisa menjadi sangat mengkhawatirkan bukan?

Berita baiknya, GERD bukanlah suatu kondisi yang mematikan, walaupun demikian GERD dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dan perlu diingat iritasi terus-menerus pada kerongkongan tentu saja akan mengganggu sel-sel permukaan kerongkongan, sehingga bila dibiarkan dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya di kemudian hari.


Nah bagaimana mengenali apakah MetroFriends mengalami GERD atau bukan? Pertama-tama, cari tahu faktor risiko GERD pada diri kita sendiri, oleh karena GERD tidak datang dengan sendirinya.

Secara garis besar terdapat 2 faktor risiko GERD, yaitu faktor risiko pada diri sendiri dan faktor risiko akibat gaya hidup. Faktor risiko pada diri sendiri diantaranya adalah obesitas atau hernia hiatus. Individu dengan obesitas tentu saja memiliki kapasitas intra-abdomen yang berlebih yang seringkali menyebabkan penekanan lambung. Sedangkan hernia hiatus merupakan suatu kelainan struktural yang membutuhkan pemeriksaan khusus untuk menegakkan diagnosisnya.


Sedangkan faktor risiko akibat gaya hidup dapat disebabkan oleh kebiasaan memakai pakaian atau ikat pinggang yang terlalu ketat sehingga terjadi tekanan pada area perut. Kebiasaan merokok dapat mengganggu produksi saliva yang secara alamiah dapat menetralisir asam lambung yang refluks, konsumsi alkohol juga dapat mencetuskan peningkatan asam lambung secara berlebihan.


MetroFriends pasti sudah cukup familiar dengan kandungan makanan yang dapat mencetuskan GERD bukan? Seperti halnya makanan berlemak, pedas, berbumbu, kopi, dan coklat. Bukan berarti MetroFriends tidak boleh mengkonsumsi makanan-makanan tadi, boleh... hanya saja jumahnya jangan berlebihan, dan dihindari dulu saat GERD sedang aktif.

Nah hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah kebiasaan setelah makan. Tidak jarang kan MetroFriends harus segera melakukan aktivitas lain di tengah-tengah istirahat makan siang, atau justru sudah terlalu letih sepulang bekerja dan habis makan ingin langsung tidur.


Eiitss, jangan buru-buru. Sehabis makan, istirahat dahulu kurang lebih 1 jam, siasati agar tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan selepas makan siang, mungkin MetroFriends bisa memilih pekerjaan di belakang meja seperti membuat laporan, ketimbang kunjungan ke lapangan.

Lalu bila memang terpaksa makan kemalaman sepulang bekerja, dan terlalu letih untuk menunggu selama 1 jam, Anda bisa tidur dengan posisi bantal yang agak tinggi untuk mencegah refluks. MetroFriends bisa jadi sangat sibuk dengan segudang aktivitas, namun jangan sampai lupa memperhatikan kesehatan ya. Oleh karena kita harus selalu sehat hingga hari tua, dan jangan sampai menjadi beban bagi anak cucu kita di kemudian hari.


Well, semoga MetroFriends sudah lebih paham apa itu GERD, dan bagaimana menyiasatinya. Bila MetroFriends ingin memahami kondisi kesehatannya lebih dalam lagi terkait GERD dan kondisi saluran cerna lainnya, RS.MMC memiliki Digestive Cluster yang memberikan pelayanan paripurna seputar saluran cerna dan hati dengan tenaga medis para Profesor dan dokter yang ahli dan mumpuni di bidangnya.

Semangat sehat menjalani new normal, MetroFriends!


Itulah penjelasan mengenai GERD. Jika Metro Friends ingin berkonsultasi lebih lanjut atau ingin mendapatkan informasi rawat inap dan rawat jalan, dapat langsung menghubungi layanan Metrovia di 0817-4903-299 atau dapat berkonsultasi langsung ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang dapat ditemui di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. Cek jadwal dokter disini.


MetroHealth adalah portal edukasi kesehatan dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre untuk masyarakat Indonesia. Memberikan edukasi, inspirasi, dan informasi terkini seputar kesehatan dan gaya hidup


(CAT)